KOMPOL ITU JEMPOL DAPAT NGOMPOL DI RAWA GEMPOL - Mustikayasa News

Sabtu, 17 Desember 2016

KOMPOL ITU JEMPOL DAPAT NGOMPOL DI RAWA GEMPOL

Perkampungan yang berdekatan dengan daerah aliran sungai (DAS) Citarum seperti di Gempol, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang, kini dihuni sekitar 1.200 KK, merupakan salah satu area pemukiman rawan banjir. (toto s)
Rabu, 14 Desember 2016.
MyNews – Karawang | Kampung Gempol di Kecamatan Karawang Barat., Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat, sampai saat ini selalu dilanda banjir pada setiap datang musim hujan. Dan pada setiap kebanjiran ada saja pejabat yang meninjau, baik dari jajaran Setda, Kodim, Polres, DPRD, dan seringnya Camat pun ikut turun mendampingi.
“Baru kali ini saya - setelah dewasa - ngompol di kerumunan orang banyak,” seloroh polisi berpangkat Komisaris yang iseng nyemplung  genangan air sepinggul dari getek (rakit bambu) sewaktu bersama rombongan menuju kampung yang terkurung banjir. “Wah... Pak Kompol jempol,  ngompol di rawa Gempol,” sahut seorang anggota rombongan.
Kisah tersebut adalah joke Camat Karawang Barat, Wiwik Krisnawati, pada sela-sela rehat kerja di kantornya kemarin lusa. Guyonan itu hendak menunjukkan bahwa banjir tahunan di Gempol bukan saja merupakan derita masyarakat setempat, melainkan pejabat pun turut menghayati risikonya.
Dulu area pinggiran DAS Citarum di Gempol, hanya merupakan kawasan serapan air. Maka di sana terhampar rawa-rawa yang luas di beberapa titik. Ketentuan penataan ruang Karawang yang demikian itu kemudian bergeser. Sebagian di antaranya telah menjadi area pemukiman yang kini dihuni sekitar 1.200 KK.
Menurut norma kesejahteraan, lanjut camat Wiwik,  sebagian besar mereka tergolong pra-sejahtera alias keluarga miskin; Meski kenyataannya belum atau tidak seluruh diri mereka mengurus untuk mendapatkan surat keterangan miskin terbitan pemerintah.
Warga Gempol seperti pemuda Danang, ibu Rohmah, dan aki Dayat yang ketika dipetik pendapatnya menyatakan tak menyoal keluarganya belum menjadi pemegang surat miskin.  Akan tetapi yang lebih mereka harapkan yakni kampungnya tak lagi jadi pelanggan genangan banjir. “Kapan itu nyata?!,” keluh Danang.
Sejalan harapan Danang, camat Wiwik usul hendaknya ada kebijakan penyiasatan dan fasilitasi teknis dari pemerintah atasan, yang bukan sebatas untuk penanggulangan banjir, melainkan juga untuk pencegahan atau peniadaan banjir.
Sebelumnya, yakni pada forum kajian sinergitas kebinamargaan dan pengairan di Hotel Swiss Bel-inn Karawang, Rektor Universitas Buana Perjuangan (UBP), Dr. Dedi Mulyadi, menyebutkan untuk maksud itu memang perlu ada kebijakan. Misalnya  diwujudkan berupa pembangunan embung (waduk atau danau buatan) di daratan atas yang mengirim air ke Sungai Citarum. Selain itu ada pemasangan permanen mesin-mesin sedot di sekitar lokasi-lokasi rawan bajir muntahan Sungai Citarum.
Dedi juga menyarankan secara lebih luas bahwa guna mencegah banjir di Karawang perlu ada upaya-upaya semisal membuat banyak sodetan kali Citarum dengan pemanfaatannya sebagai tambahan fasilitas daerah irigasi (DI)  terutama yang di Karawang bagian utara.|bani albar


Editor                : Burhanuddin AR

Pengunggah       : Mustapid

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda